Sunday, April 12, 2020

FELINE LOWER URINARY TRACT DISEASE



Pet lovers, pernahkah melihat kucingnya tidak bisa pipis dan terlihat menahan rasa sakit,murung dan nafsu makan menurun? Atau seringkali mengambil posisi hendak pipis tapi tidak ada air kencing yang keluar? Atau melihat kucingnya pipis dengan warna urine merah-keruh? Hati-hati pet lovers, bisa saja anabul kita mengalami penyakit gangguan saluran kemih bagian bawah atau biasa dikenal dengan sebutan FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Disease)

Apa itu FLUTD?

FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Disease) atau istilah lainnya FUS (Feline Urologic Syndrome) merupakan gangguan kesehatan saluran kemih bagian bawah (urethra) dan kandung kemih (vesica urinaria) pada kucing. Kucing jantan dan kucing betina memiliki resiko terkena penyakit FLUTD, namun pada kucing jantan memiliki persentase lebih besar karena struktur anatomi saluran kencing pada kucing jantan sempit dan panjang sehingga obstruksi/penyumbatan lebih mudah terbentuk sedangkan pada kucing betina jarang terjadi. 

Apa saja gejala yang dapat dilihat dari FLUTD?

FLUTD pada umumnya hadir dengan beberapa gejala klinis yang jelas. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk pet lovers agar dapat segera membawa kucingnya ke dokter hewan untuk dilakukan penanganan. Beberapa gelaja umum yang sering terlihat pada FLUTD diantaranya:
  1. Jumlah urin yang sangat sedikit saat kucing urinasi
  2. Memposisikan jongkok seperti akan kencing namun tidak ada urin yang keluar sama sekali
  3. Sering menjilati area genital
  4. Dehidrasi
  5. Palpasi/perabaan pada bagian perut (abdomen) akan teraba bentukan seperti balon dengan konsistensi keras, ini merupakan kandung kemih yang terisi penuh oleh urin (biasanya palpasi akan dilakukan oleh dokter hewan)
  6. Urinasi di sembarang tempat, diluar litter box/tempat biasanya urinasi (periuria)
  7. Urin berwarna merah/keruh (hematuria) disebabkan adanya perlukaan bahkan bisa sampai terjadi infeksi baik pada uretra maupun pada kandung kemih
  8. Nafsu makan menurun, muntah, lemas bahkan kucing sampai tidak dapat berdiri

urin yang dikeluarkan dari melalui kateter pada kasus FLUTD


Apa penyebab FLUTD?
  1. Overweight. Kucing dengan berat badan berlebih memliki resiko lebih tinggi terkena FLUTD.
  2. Pemberian pakan dengan nutrisi yang tidak seimbang.
  3. Kurangnya asupan air minum.
  4. Litter box yang kotor sehingga kucing menahan untuk urinasi
  5. Infeksi bakteri, terjadinya peradangan dan menimbulkan luka pada saluran kencing dan kantung kencing yang pada akhirnya dapat menyebabkan urin disertai adanya darah dan urin menjadi berwarna merah/keruh (hematuria).
  6. Kurang exercise, kucing terlalu lama dikandangkan.
  7. Sering berpindah tempat tinggal, adanya kehadiran kucing baru, dapat memacu stress pada kucing yang pada akhirnya dapat menyebabkan kucing mengalami FLUTD.
  8. Urolithiasis, terbentuknya cristal urea pada kantung kencing (kristal yang umum terbentuk adalah struvite dan oksalat) namun kasus sampai terbentuknya batu Kristal ini sangat jarang terjadi pada kucing.

Apakah FLUTD berbahaya? Bagaimana diagnosanya?

Kasus FLUTD merupakan kasus bahaya yang bersifat emergency dan harus segera  ditangani oleh dokter hewan. Kesulitan kucing melakukan urinasi/tersumbat, menyebabkan urin tertahan di dalam kandung kemih, sedangkan disisi lain proses pembentukan urin setiap hari terus berjalan. Hal ini dapat menyebabkan kucing dalam kondisi bahaya karena dapat mengalami keracunan ureum maupun creatinine yang menyebar ke dalam aliran darah lalu keseluruh tubuh yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Dokter hewan akan melakukan beberapa tes untuk memastikan diagnosa spesifik, diantaranya uji laboratorim pengambilan sample darah dan urin. Uji lab ini biasanya diperlukan untuk mengetahui tingkat keparahan FLUTD.

Bagaimana penanganan dokter hewan selanjutnya?
  1. Jika terdapat adanya penyumbatan pada saluran kencing (urethra), dokter hewan akan bertindak cepat untuk menghilangkan sumbatan. Cara yang paling efektif untuk kasus ini adalah dengan pemasangan kateter. Pemasangan kateter harus dilakukan dengan kondisi kucing terbius agar meminimalisir rasa sakit, kecuali kondisi kucing sudah sangat lemah, tidak diperlukan tindakan bius. Pemasangan kateter ini adalah untuk membantu menghilangkan sumbatan serta memungkinkan aliran urin kembali normal, diperlukan beberapa hari sampai kateter dapat dilepas kembali dan dilakukan observasi lanjutan.
  2. Pemberian cairan infus, untuk membantu menetralisir toxin yang dimungkinkan sudah terdapat di dalam tubuh, serta pemberian obat-obatan penunjang lainnya yang dapat membantu recovery berjalan lebih cepat.
  3. Pemberian diet khusus yang sudah direkomendasikan oleh dokter hewan.
Monitoring post kateter sangat diperlukan, agar penyumbatan atau gangguan pada kandung kemih maupun urethra tidak terulang kembali. Pakan yang diberikanpun harus pakan yang direkomendasikan oleh dokter hewan sebagai pakan diet khusus penyakit FLUTD untuk beberapa bulan ke depan atau bahkan jika diperlukan seumur hidup kucing tersebut. Kontrol pakan,minum, dan kedisiplinan monitoring pemilik memiliki peranan yang sangat penting untuk proses penyembuhan total dari penyakit FLUTD. Pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini adalah pemberian pakan dengan kualitas yang baik, pemberian air minum yang bersih dan sehat, kontrol berat badan, kandang dan litter box yang selalu dalam kondisi bersih untuk mengurangi tingkat stress pada kucing.

Jika pet lovers menemukan gejala-gejala pada kucing seperti yang sudah dipaparkan diatas, sesegera mungkin pet lovers harus membawa ke dokter hewan, karena kasus ini bersifat emergency dan kita berkompetisi dengan waktu. As soon as possible.

Semoga artikel ini bermanfaat ya pet lovers.


drh. Anandita Nurul Kamila
Klinik Hewan Bogor Myma Pet House